Photo and Video Gallery


Joint Alumni Symposium Indonesia Australia Partnership
Kelima panelis berbagi inspirasi tentang inovasi berbasis teknologi sebagai solusi-solusi baru di sektor peternakan dan pertanian di Indonesia. Muhsin Al Anas menceritakan soal Gama Sapi 4.0, sebuah startup yang bergerak pada sektor peternakan dari dunia kampus, bagaimana pencapaian dan pengembangan teknologi untuk terbentuknya Precision Livestock Farming. “Dari kelengkapan data untuk pengembangan peternakan sapi (sensus),” kata Muhsin Al Anas menceritakan soal bagaimana pentingnya sensus sapi. TERNAKNESIA menjembatani peternak milenial di Indonesia dari sisi funding, pengembangan, dan penjualan,” ujar Dalu Nuzul Kirom, CEO TERNAKNESIA yang mencoba menarik milenial untuk terjun di dunia peternakan. “Pencapaian pivot project untuk menjual daging sapi seharga depalan puluh ribu perkilo gram,” Badrut Tamam, CEO KARAPAN menceritakan pencapaiannya. "SMARTERNAK mempelajari perilaku sapi melalui perangkat pintar. Hal ini mengurangi potensi kematian sapi yang tidak makan hingga hampir 100%," Andri Yadi, CEO Dycodex menjelaskan hasil yang coba dicapai oleh penggunaan SmarTernak “Kita di sini kolaborasi mencari ide-ide baru untuk membantu mengembangkan cattle breeding di Indonesia,” pembukaan oleh George Hughes, Agriculture Counsellor di Kedutaan Australia untuk Jakarta. Sambutan oleh Ashley Manicaros, Chief Executive Officer, Northern Territory Cattlemen’s Association (NTCA). NTCA merupakan mitra penting bagi Partnership dalam pelaksanaan NTCA Indonesia Australia Pastoral Program Menemukan aspirasi, tantangan, dan kondisi baru yang dibutuhkan untuk peternakan di Indonesia. Menemukan aspirasi, tantangan, dan kondisi baru yang dibutuhkan untuk peternakan di Indonesia. Dani Wahyu Moenggoro, Co-Founder Inspirit, menjelaskan pentingnya creative (design) thinking dalam pengembangan ide-ide untuk mencari solusi. Peserta mencoba menjawab: Apa aspirasi pribadi Anda? Apa tantangan yang Anda hadapi? Kondisi baru apa yang harus ada? Para peserta dalam workshop design thinking. Para peserta dalam workshop design thinking. Para peserta dalam workshop design thinking. Dari aspirasi pribadi, menjadi aspirasi kelompok dan presentasi. Sesi presentasi! Mereka menamakan kelompok mereka Batik Cowboy, karena berisikan perpaduan antara cowboy dan pria-pria berbatik. Diversity! Indo-Aussie sudah sangat menjelaskan siapa yang ada di dalam kelompok tersebut, Indonesia yang berbaur dengan Australia dalam menciptakan ide cemerlang. Five Star, dipilih karena melambangkan angka kelompoknya dan mereka percaya idenya secerah bintang.-1 Pake Komplit! Karena berisikan “pasukan” dengan latar belakang yang saling mengisi satu sama lainnya. Walaupun menamakan kelompoknya dengan PRIHA-TEN (baca: Prihatin), tapi idenya tidak memprihatinkan tentunya, hanya saja yel-yel mereka agak terdengar memprihatinkan ya? “belum makan, PRIHATEN” Saatnya memeras ide dari visi dan pengetahuan dari masing-masing kelompok untuk menjawab permasalahan peternakan di Indonesia dalam bentuk inovasi teknologi. Meja bundar taplak kertas bukanlah tanpa arti, melainkan menjadi medium forum diskusi dan pencatatan ide brainstorming yang menyenangkan. Para peserta workshop menerapkan design thinking dalam menciptakan sebuah ide yang bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, dan bagaimana. Pertanyaan dasar dalam design thinking yang dipresentasikan oleh Deni Rodendo dari Inspirit Tebak diberi waktu berapa lama para peserta ini untuk presentasi ide mereka? 90 detik! Presentasi ide dengan model elevator pitch selama 90 detik Dari coret-coretan post-it dan meja bundar, lahirah sebuah ide untuk aplikasi yang diberi nama “Sapiku” Para panelis mendengarkan dan mencoba mempelajari ide-ide dari setiap kelompok workshop Meja bundar taplak kertas bukanlah tanpa arti, melainkan menjadi medium forum diskusi dan pencatatan ide brainstorming yang menyenangkan. Para peserta workshop menerapkan design thinking dalam menciptakan sebuah ide yang bisa menjawab pertanyaan apa, siapa, dan bagaimana. Indra Purnama dari Angel.id berbagi aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika mengembangkan sebuah solusi berbasis teknologi Hanya tiga kelompok yang mempunyai kesempatan naik keatas mimbar untuk mempresentasikan ulang ide mereka, tapi kali ini waktunya lebih banyak, yaitu lima menit. Salah satu kelompok yang diminta untuk melakukan presentasi akhir membawa ide soal ukuran, berat, gizi hingga prediksi jenis kelamin sapi, selain bagaimana mengukur keuntungan yang bisa dihasilkan peternak. Dalu Nuzul Kirom, CEO Ternaknesia, bukan cuma sekedar mengawasi, tapi sebagai teman diskusi para peserta workshop. Isradi Alireja, Team Leader Advisory and Support Group - Partnership, memberikan kata penutupan sekaligus memberikan penjelasan singkat soal Alumni Grant Scheme bagi alumni program pendidikan Australia.